2 February 2015

Murphy's Law

Semalem gue baru nonton Interstellar. I can say it is a BRILLIANT movie, though I don’t really understand the scientific things from the movie. Waktu gue nonton, gue cuma ha’ah-he’eh doang kalo pemerannya lagi ngomongin rumus-rumusan fisika. Kalau udah mulai muncul bahasa-bahasa ilmiah yang kurang umum didengar, gue juga ha’ah-he’eh aja. Abisan ganggu banget kalau setiap ada kata yang gue nggak ngerti, gue harus translate dulu (gue nonton yang English subbed). Sabodo teuing, “Yang penting gue ngerti jalan ceritanya”, pikir gue.


Setelah fimnya abis, gue menghela nafas. Alih-alih tidur, gue diam sejenak membayangkan luar angkasa. Maklum, lagi kena post-watching syndrome. Karena gue masih penasaran dengan konsep ilmiahnya, gue Googling untuk mencari tahu penjelasannya. WELL, gue puas banget sama penjelasan beberapa Blogger yang ada. Sama seperti penonton pada umumnya, gue paling bingung sama konsep dilatasi waktu dan konsep dimensi (the who are ‘they’ concept). Walaupun nggak segitu pahamnya, tapi gue alhamdulillah sudah lebih paham dibanding sebelum membaca penjelasan-penjelasan tersebut.

Sebenernya pada awal film gue berpikir, “Takdir manusia itu kan kiamat di bumi. Ngapain sih susah-susah cari planet di luar Bumi untuk menghindari kehancuran? Itu sih namanya melawan kekuasaan Tuhan,”. Ah, namanya juga film. Jangankan konsep kiamat, konsep Tuhan saja banyak perbedaan. Nonton film mah ngga usah serius-serius amat. Film seperti ini ada buat dinikmati, bukan buat diteliti hehehee.

Hanya saja, kemudian hari ini gue berkontemplasi… “Mengapa ya, (ini dan itu) terjadi pada gue?”. Ternyata film tersebut bukan cuma sekedar bisa buat dinikmati. Melainkan bisa diambil hikmahnya. Secara tidak sadar, manusia sering mempertanyakan hal-hal yang terjadi pada dirinya dan sekitarnya. Rasa ingin tahu memang ada di dalam diri setiap manusia karena sudah merupakan fitrah manusia. Berawal dari rasa ingin tahu inilah kemudian manusia menjawab keingintahuannya dengan berpikir filosofis; berpikir secara radikal, sistematis, dan kritis.

Satu hal yang gue sadari, manusia memiliki batas. Kalau manusia beranggapan dirinya tidak memiliki batas, maka dia akan selalu mencari tahu jawaban atas pertanyaan yang dimilikinya tanpa berhenti pada suatu kesimpulan. Kenyataannya, suatu tanda tanya akan mengungkap tanda tanya lainnya. Begitu seterusnya sampai level infinity.

Pertanyaan gue tadi siang tersebut mengingatkan gue pada film Interstellar yang gue tonton tadi malam. Seperti film brilian Christopher Nolan yang biasanya, Interstellar juga meninggalkan tanda tanya pada penontonnya. Pada akhir film, Cooper menyimpulkan bahwa ‘they’ adalah dirinya sendiri ketika berada pada dimensi kelima buatan manusia masa depan. Lalu muncul pertanyaan, “Bagaimana jika Cooper tidak masuk ke black hole dan bumi tidak terselamatkan? Manusia masa depan itu siapa dong?”. Nah lho, emang bingung kalau nggak sadar kita ini punya batasan.

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita diingatkan oleh Murphy’s Law yang terus-terusan disinggung sejak film dimulai. Murphy’s Law yang asli menyebutkan bahwa, “Anything that can go wrong, will go wrong”. Tapi mengenai Murphy’s Law, Cooper punya perbedaan point of view


“Murphy’s law doesn’t mean that something bad will happen. It means that whatever can happen, will happen”. 

Setuju banget sama Cooper, whatever can happen will happen. Intinya, manusia masa depan itu ada karena bagaimanapun juga Cooper pasti masuk ke black hole dan mengirimkan pesan ke Murphy. Hal itu merupakan peristiwa yang sudah digariskan terjadi. Siapa yang menggariskannya? Ya sutradara filmnya, hahaha.

Nah, itu kan kalau ngomongin film. Kalau ngomongin kehidupan nyata bagaimana? Berkaca dari kesimpulan tadi, semua yang terjadi pada kehidupan telah digariskan oleh Sang Sutradara. Lalu siapa sutradara ‘film’ yang gue mainkan saat ini? Allah SWT jawabnya. Melalui kontemplasi tadi siang, gue diingatkan kembali oleh Allah bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini ada yang mengatur. Kita di sini hanya pemain yang melakoni skrip Sang Sutradara. Kita bisa melakoni skrip dengan gaya apapun yang kita inginkan. Tapi kita harus ingat, bahwa alur ‘film’ kita sudah diatur dalam ‘skrip’Nya.

Jadi, kalau boleh sedikit curcol, tadi siang gue menitikan air mata. Gue sedih dengan apa yang gue alami beberapa waktu terakhir ini. Gue merasa Allah tidak adil. Kenapa orang lain bernasib seperti 'itu', sedangkan gue bernasib seperti 'ini'. Kalau bisa gue memutar waktu, gue akan hindari semuanya sehingga gue tidak perlu menjadi seperti ini. There are some events I wish I could fix or avoid.

But then I wake up. Ngapain berandai-andai? Toh semua sudah terjadi. Whatever can happen will happen, kalau menyinggung Murphy’s Law. Gue nggak usah bertanya kenapa hal ini atau hal itu terjadi sama gue. They just happen.

Kemudian gue teringat akan perkataan kakak gue. Dia bilang,

Everything happens for a no reason”. 

Awalnya gue bingung. Tapi kemudian kakak gue mengajukan pertanyaan, "Emangnya kamu tahu kenapa Mama tugas kerjanya di Sumatera? Kenapa nggak di Pulau Jawa aja?". "Hmmm, memang barokahnya di situ?", gue jawab. "Itu kan persepsi kamu aja. Kamu mah nggak tau alasan konkretnya apa. Yang tau ya cuma Allah", begitu kakak gue bilang. "Tapi persepsi kamu itu bukan berarti salah. Kita memang harus punya persepsi yang baik sama Allah. Yang penting kita berhusnudhon-billah, percaya sama Allah yang baik-baik aja", lanjutnya. "Everything happens for no reason to us, but Allah", kakak gue menyimpulkan.

I couldn't agree more! Dengan berpikir seperti itu, gue nggak perlu sulit-sulit mencari alasan atas terjadinya suatu event dalam kehidupan kita. Allah pasti punya alasan, dan itu pasti alasan yang sangaaaaat baik di mataNya.


"....boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" 
(QS:Al-Baqarah:216)

Gue pernah dikecewakan oleh plot hidup gue yang nggak sesuai sama yang gue bayangkan. Gue rasa, semua orang pernah ya? Tapi dari kekecewaan itu gue belajar, bahwa nggak semuanya berjalan seperti apa yang kita impikan. Kita punya plot, Allah juga punya plot. Dan semuanya bukan terjadi sesuai dengan plot kita, melainkan plot Allah. Dan plotNya tentu jauh lebih baik daripada plot kita. 

Sejujurnya sih, sebagai manusia biasa, terkadang gue kecewa ketika merasa apa yang gue harapkan tidak kunjung terjadi. Gue kecewa ketika merasa plot Allah dan plot gue begitu berbeda. Tapi gue selalu camkan pada diri sendiri, kalau saat ini gue sedang menjalani plotnya Allah, bukan plot gue sendiri. Dan gue kembali optimis kala mengingat bahwa plot Allah bisa saja berubah seiring dengan doa yang gue panjatkan. Mungkin doa gue belum dikabulkan karena doa-doa itu terkirim untuk menghapus dosa-dosa gue? Who knows.
So, instead of questioning our own plot twist, jalani saja plot yang ada, and be surprised.

14 November 2014

Dulu Kepingin, Sekarang Bisa Bikin

Belakangan ada mata kuliah yang patut jadi bahan perbincangan. Iya, seru karena tugasnya kadang kontroversial. Seru karena tugasnya menarik (untuk gue). Seru karena sering jadi bahan omongan di kampus. Sooo, mata kuliah apa itu? Ya, mata kuliah PPW (Perancangan dan Pemrograman Web). 

Kenapa mata kuliah ini menarik (untuk gue)? Dari dulu, gue udah suka ngutak-ngatik blog. Tapi gue tuh suka gatel sama template blog gue. Gue punya banyak keinginan untuk mendeesain sendiri, tapi nggak ngerti. Jadi gue cari-cari aja template orang yang free di Google Namun karena itu bikinan orang, gue masih gatel pengen ngedit template-nya sesuai dengan apa yang gue inginkan. That's why gue punya cita-cita supaya suatu hari bisa bikin template blog sendiri.

Dulu, waktu SMP, ada pelajaran TIK, gitu. Pas ujian akhir SMP gue disuruh untuk bikin desain website menggunakan Microsoft Publisher dalam waktu 1 sampai 2 jam (agak lupa). Waktu itu gue lagi demen-demennya sama bulutangkis. Alhasil, gue bikin desain website sekolah bulutangkis. 

Entah mengapa, guru TIK gue waktu itu tertarik banget sama desain website gue. Dia pun duduk di samping gue, dan menanyakan banyak hal berkaitan dengan desain website gue. Satu hal yang gue inget, waktu itu beliau amazed banget sama desain website gue yang memajang layanan pembayaran online menggunakan PayPal. Dia bilang, "Kok kamu bisa kepikiran menggunakan layanan ini?".

Entah ada korelasinya dengan layanan PayPal itu atau enggak, guru gue memberikan nilai yang amat tinggi pada ujian akhir TIK gue. Kalau nggak salah waktu itu nilai gue paling tinggi. Alhamdulillah.

Dari situ, gue jadi semakin optimis sama diri gue. "Wah, gue punya skill! Suatu hari gue harus bisa bikin template blog sendiri,". Karena, kalau boleh jujur ya, hidup gue beberapa tahun terakhir dihiasi dengan krisis skill. Gue merasa, semenjak SMP gue nihil skill. Dulu, waktu SD, gue bisa dibilang cemerlang di berbagai bidang (HAHAHAHHAHAHA MASA SIH WOY?). Ya, tapi itu dulu, SD.

Tapi seiring dengan waktu berjalan, gue lupa dengan cita-cita gue. Blog gue pun terbengkalai. Bahkan selama SMA pun gue masih labil mau kuliah di mana.

Sekarang, gue jadi inget... Oh, mungkin kejadian sewaktu gue SMP merupakan salah satu pertanda bahwa gue nanti sama Allah ditempatkan di program studi yang sekarang gue tempati. Nggak nyangka juga sih, dulu gue bikin desain website di Microsoft Publisher, sekarang udah bisa langsung bikin, meskipun masih terbatas ilmunya. Dulu gue kira nggak mungkin, sekarang kesampaian. Berkat mata kuliah PPW, mungkin keinginan gue yang dulu sempat menggebu-gebu akan tercapai. Semoga saja.

Well, gue bicara seperti ini bukan berarti perkuliahan gue di mata kuliah ini lancar. Ya, sama seperti mata kuliah pada umumnya, banyak hadangan dan rintangan yang harus dihadapi, seperti cerita gue pada entry yang lalu. Tapi, semoga saja deh mata kuliah ini bisa jadi pendongkrak nilai. Senior-senior bilang, katanya mata kuliah ini tergolong mata kuliah yang murah nilai A. Semoga aja itu bukan hoax. Semoga saja mata kuliah ini tidak menjadi kontroversi di pergantian semester. 

Di semester 3 ini, mata kuliah ini menjadi buah bibir anak-anak Angklung (nama angkatan gue). Awalnya kami optimis bisa dapat nilai A di perkuliahan ini. Tapi, ternyata tim dosen mengubah sistemnya. Tahun lalu, tugasnya nggak sebanyak tahun ini. Tahun lalu, UTSnya nggak senista tahun ini. UTS-nya senista itu lho kawan-kawan. IYA, SENISTA ITU.

Kenapa? Karena... Bayangin dong, kita disuruh bikin website online shop dalam waktu 6 jam. ALAMAKJANG!!!! Bikin website company aja bikinnya satu minggu, ini online shop disuruh 6 jam. Ke laut aja. Mudah-mudahan aja nanti UAS nggak senista dan sehina itu.

Over all, gue membuat tulisan ini dalam rangka melukiskan excitement dan kenorakan gue karena akhirnya bisa bikin website. Gila man, dulu gue cuma bisa bingung baca kode HTML yang ada blog, sekarang sudah bisa ngutak-ngatik. Dulu cuma kepingin, sekarang bisa bikin, hihihihi.

Doain ya, mudah-mudahan nanti bisa beneran bikin sendiri bantuin temen-temen yang punya company. HAHAHAHA, cita-cita muluk.

30 September 2014

CLUMSY CLUMSY CLUMSY

CLUMSY ME IS BEING SO CLUMSY, GODDDDDDDDDDDDDD HELP.

Huhu, maaf ya, postingan kali ini lagi-lagi curhatan nggak penting nan nggak berkualitas wkwkwk. Tapi parah sih w akhir-akhir ini go to the bloug maksimum. Butuh banget menumpahkan curahan hati ini secepat mungkin. Parah nih gila, gila, gila, gila. Kecerobahan gue is getting worse.

Jadi gue langsung curhat aja deh ya.

Begini, awal mula ceritanya.. Sebagai fakultas yang menjadikan teknologi sebagai issue pembelajarannya, Fakultas Ilmu Komputer tentu mengedepankan teknologi sebagai pendukung utama kegiatan edukasinya. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia merupakan fakultas di Universitas Indonesia yang paling menerapkan edukasi berbasis teknologi dalam kehidupan perkuliahan sehari-harinya. Scele, atau Student Centered e-Learning Environment merupakan web-based education, di mana di situlah terjadi pusat kegiatan edukasi peserta dan pengajar mata kuliah di Fakultas Ilmu Komputer. Di Scele inilah antara lain terdapat courses untuk keperluan perkuliahan setiap mata kuliah, forum untuk berdiskusi, dan "papan pengumuman".

Nah, bahasa gampangnya gini deh, Scele tuh penting banget untuk setiap anak Fasilkom. Setiap matkul pasti punya course di Scele, di mana peserta kuliahnya bisa enroll. Well, sebenernya enroll tuh bukan sebuah pilihan, tapi kewajiban. Rata-rata matkul di Fasilkom mengharuskan lo enroll ke course matkul tersebut di Scele, karena di situlah semua materi slide, tugas, PR keluar. Nggak cuma tugasnya doang yang ada di situ, tapi slot pengumpulan tugasnya adanya hanya di Scele. Selama gue satu tahun kuliah di sini, lebih dari separuh tugas-tugas yang dikeluarkan harus dikumpulkan dalam bentuk softcopy dan di-upload pada slot yang telah tersedia di Scele. No more printing, no more handwriting.

Tapi di sinilah petaka terjadi pada gue. Tidak hanya sekali, dua kali, atau tiga kali. TAPI.... ah sudahlah.

Jadi, slot pengumpulan tugas di Scele itu suka tiba-tiba munculnya. Datang tak diundang, pulang tak dijemput. Dosen di kelas boleh jadi nggak ngomongin apa-apa tentang tugas, TAPI SLOT YANG BERBICARA. *Petir membahana.

Nah, bagian ini nih gue suka kepeleset. Gue ini orangnya bukan tipikal yang update-update amat. Update sih, cuma nggak yang gitu-gitu amat. Punya Path, satu tahun bikin, cuma ada 260-an moments while orang-orang udah 1000an moments (heran, ke toilet aja check-in kali ya?!). Punya Twitter, udah empat tahun cuma 3200an tweets, orang-orang 40.000an. Punya Instagram... eh gajadi deng, yang ini agak update. Punya Facebook, cuma punya temen 500an, while orang-orang temennya 2000an (orang-orang getol banget ngeadd-in orang banyak pas Facebook lagi happening, when I didn't).

NAH, karena gue nggak update-update amat, jadi gue kurang update tentang slot tugas. BIASANYA YA, gue tau ada slot tugas bukan dari account Scele gue sendiri, tapi dari temen-temen w yang hobi banget ngomongin tugas nggak peduli lagi ngapain aja (the perks of being close with ambis friends). Dari mulai tugasnya, sampai deadline pengumpulannya, gue asal curi dengar saja. Nggak punya inisiatif untuk lihat dengan mata kepala sendiri. Nanti kalau udah deket-deket deadline, baru deh gue buka. HAHAHAHHAHA JELEK LO DE.

Nah, tapi sengsaranya itu dia. GUE KADANG SUKA GATAU DEADLINE!!!!!!!!!!!!!!! HUUUUUUHUUUUUUUUUUUUUUUUU. Gue kadang, (SERING SIH), taunya cuma setengah-setengah doang. Misalnya, ada temen yang ngomong, "Eh, udah tau belom ada worksheet MD2? Deadline-nya Kamis, loh". Gue jadi tau tugas itu deadline-nya Kamis, tanpa tahu jamnya. Gue biasanya cuma asumsi... Dan bodohnya, asumsi gue udah beberapa kali salah.

Waktu semester satu dan dua, deadline tugas biasanya 11.55 PM. Jadi, gue udah punya mindset kalau semua deadline tugas jam segitu. Nggak gue doang sih kayanya, yang lain juga (((pembelaan))). Tapi, realita jahat. Nggak semua tugas menerapkan aturan 11.55.

Sebenernya mulai semester dua udah banyak tugas yang deadline-nya mulai gak jelas gitu jamnya. Tapi karena sifat "nggak update Scele" ini, gue jadi dua kali kelewatan deadline, bahkan HAMPIR tiga kali, sepanjang sejarah gue berkuliah di Fasilkom UI.

Awal mulanya gue ketinggalan deadline adalah sewaktu semester dua akhir. Waktu itu ada kuis online Mata Kuliah Prinsip-Prinsip Sistem Informasi. Kuis online ini amat sangat sangat mudah, karena soalnya persis sama soal tahun lalu dan jawabannya pun sudah di share di grup angkatan. Dapet 100? No big deal. Gue dapet informasi dari temen-temen kalo deadline-nya jam 12, hari Minggu.

Ya sudah, karena kunci jawaban sudah di tangan, gue memilih untuk mengerjakan kuis ini beberapa jam sebelum deadline. Abisan siang-siangnya gue kondangan. Abis kondangan tepar. Keluarlah sifat menunda-nunda gue yang sudah beberapa kali bikin celaka itu. "Entar aja, ah..".

Dan bener aja kan gue celaka. Pas gue buka slot kuis online jam setengah 11 malem, gue kaget, dengan errornya tuh slot nggak kebuka. Anjrit, anjrit, lappy gue kenapa nih!!! (kirain lappy-nya atau internetnya). Setelah 15 menit mencoba log in ulang dan ulang, gue akhirnya sadar begitu liat batas maksimal pengumpulan tugas di atas slotnya. Di situ tertulis: 12 PM.

HENING..
HENING....
HENING......

"BEGOOO!!!! GUE KIRA JAM 12 MALEM!!!!".

Pupus.
Pupus sudah,
Pupus sudah semua harapan.





Kuis yang berbobot 5% itu pun tidak gue kerjakan.....dengan penuh.....penyesalan. But yeah, what's the use of regret?

Bego banget nggak sih, 12 PM gue kira jam 12 malem....



Kecerobohan gue nggak berhenti sampai situ aja. Kemarin terjadi lagi!!!!!!!!

Jadi ceritanya hari Jumat ada deadline tugas Perancangan Pemrograman Web. Hari itu gue ada kelas jam 8-10 pagi. Niatnya, abis kelas gue mau ngerjain bareng temen-temen yang lain di kampus. Punya gue kaya belom selesai gitu soalnya. Tapi... Sewaktu gue lagi baca grup Line w bersama temen-temen w di kereta, si Runi nanya, "Eh, bantuin gue dong PPW.. Deadline 9.45 nih...". Pas gue liat jam.... Anjrit, 7.45.



Tugas gue belom ada 50% selesai...
Dua jam lagi harus dikumpulin...
Mau jadi apa gue....

Tapi ternyata manajemen panik gue udah berkembang. Sesampainya di kampus, gue langsung ke lab, skip kelas, minta source code temen lewat Line, kerjain sendirian banget deh di Lab 1110. DAN ALHAMDULILLAAAAAAAH, tugasnya udah jadi jam 9.18. ALHAMDULILLAAAAAAAH. Syukur banget gue tadi liat grup di kereta. Syukur banget punya temen-temen yang helpful. Syukur banget panik gue nggak kambuh. Ternyata otak bekerja efektif sekali sewaktu mendekati deadline, hahahahahaha

Cuma tetep aja sih hari itu gue gondok. Gondok karena gue jauh-jauh ke Depok dari Kreo cuma buat ngeskip kelas, ngerjain tugas di lab. Sendirian banget pula. Tapi yasudahlah, pelajaran banget buat gue. Biar besok-besok harus update Scele.

TAPI..
TAPI.....
TAPI........

Pada hari Minggu kelabu itu... Dua hari kemudia... Gue beneran kesandung.
Bodoh banget, nggak belajar dari kesalahan.

Jadi hari Minggu, dua hari setelah deadline tugas PPW, ada deadline tugas Matematika Diskret 2. Lagi-lagi gue nggak buka slot di Scele, cuma denger-denger dari temen-temen aja kalo deadline-nya hari Minggu (((stupidity tingkat maksimum))). Sebenernya progress tugas gue udah 70% dari hari Sabtu. Tinggal finishing-nya gitu... Tapi penyakit menunda gue kambuh, jadinya ya ditunda-tunda terus.... Akhirnya datanglah hari Minggu. Pukul 6 sore, setelah pulang dari suatu tempat, gue buka timeline Line. Terus ada temen kampus gue yang update status, "Deadline jam 4, baru tau jam 3. Untung sempet ngumpulin".



Jangan.. Bilang.. Tugas yang dia maksud... Tugas yang belom gue kumpulin...
Jangan bilang?!?!?!?!?!

Gue pun mau nggak mau memberanikan diri untuk buka slot Matematika Diskret 2.

Dan ternyata bener aja....




NOT... AGAIN....





Kepada slot tugas Scele yang terhormat, jangan sensi begini sih................????!!!!!!!!!
Kepada Azadya, please jangan kelewatan lagi untuk ketiga kalinya. Say you're not that dumb.

11 August 2014

Boredom Post

Bosen.
Nggak ada kerjaan.
Hmmmmmpppphhhhhh.

Pardon my boredom post.

Here I am, di ruangan kerja Mama di Medan. Dari tadi pagi hujan rintik-rintik. Enak sih, adem gimana gitu. 

Here I am, main komputer, nggak mau ditinggal di rumah. Abisan kemarin pas ditinggal di rumah apes banget mati lampu. O to the gah deh ditinggal sendirian lagi.

Here we are, berdua aja di Medan. Bapak lagi di Jakarta, menghabiskan waktu bersama cucu tercinta. Belum adaptasi juga sih sama lingkungan di Medan ini. Jadi lebih milih di Jakarta dulu sebentar.

Yeah, my Mom moved one month ago to Medan. Tadinya kerja di Jambi. Gue dan keluarga sempet harap-harap cemas tuh waktu dapet kabar nyokap tiba-tiba disuruh ke Jakarta karena akan ada pelantikan. Gue udah berharap biar nyokap dipindah ke kantor pusat di Jakarta. Eh, tapi ternyata emang belum qodarnya. Ternyata dipindah ke kota lain. Ya, ke Medan ini. Tapi semua tetap merupakan bentuk nikmat dari Allah yang patut disyukuri. Alhamdulillahirobbilalamin.

Duhhhhhh. Mau cerita apaan lagi.
Bosen abis nih ditinggal rapat. Fufu.

Tapi seneng sih pergi menjauh sebentar dari kenyataan. Kenyataan bahwa semester tiga sebentar lagi menghampiri. Kenyataan bahwa kelas gue jelek-jelek banget semester depan. Kenyataan bahwa gue masih sendiri memasuki semester tiga. EH, hahahahaha yang terakhir bercanda deng.

Bonus PhotoBooth

Btw, gue lagi keranjingan K-drama judulnya Marriage Not Dating.

WARNING!
WARNING!
WARNING!
WARNING!
K-DRAMA FANGIRLING ACTION DETECTED

Seperti biasa, setiap liburan pasti gue menghabiskan waktu dengan streaming segala macam K-drama. Tapi nggak semua K-drama yang gue tonton gue suka. Sejauh ini, hanya ada empat K-drama yang menjadi favorite list gue. K-drama yang menjadi favorite pertama gue adalah Coffee Prince.

Coffee Prince
Gue nonton drama ini zaman-zaman gue SMP. Jadi udah agak lupa kenapa bisa jatuh cinta. Hmmmm yang jelas karena chemistry Gong Yoo dan Yoon Eun Hye dapet banget di sini. They are very brilliant. Ceritanya juga simple. Hanya menyangkut kehidupan sehari-harinya si pemilik kedai kopinya. Ceritanya pun dikemas dengan menarik dan lucu. Satu hal yang khas dari drama Korea yang gue suka: romance comedy! No wonder sih drama ini bisa sampai hits sampai-sampai kedai kopinya jadi tempat wisata di Korea. Five stars untuk Coffee Prince!

Personal Taste
Setelah keranjingan Coffee Prince zaman SMP, akhirnya gue keranjingan K-drama lagi. Yep, Personal Taste! K-drama ini gue tonton zaman SMA. Banyak orang yang nggak suka drama ini dengan alasannya masing-masing. Makanya drama ini nggak begitu punya pamor yang tinggi. Tapi apapun yang kritikus bilang, GUE JATUH CINTA sama drama ini. Cuteness overload!!!!!!!!! Dan chemistry-nya udah pasti dapet banget menurut gue. Biasanya kalo chemistry udah dapet, skrip kaya gimana aja tuh pasti jadi lucu. Tapi skrip tetep mempengaruhi, sih biar bagaimana pun.


Emergency Couple
Setelah keranjingan Personal Taste dan nggak tertarik sama K-drama apapun, akhirnya gue jatuh cinta sama Emergency Couple. Sebenernya tingkat cuteness di drama ini nggak begitu tinggi. Drama ini agak serius, tapi seru! Kaya nonton Grey's Anatomy gitu, karena latar belakang drama ini kan rumah sakit. Pemeran utamanya pun dokter semua. Serrrrruuuuu!! Gue jatuh cinta sama drama ini karena baru kali ini gue bener-bener masuk ke dalam ceritanya, sampai nangis di beberapa episode. Drama ini filosofis and it feels so real for me. Ceritanya tuh nggak ala-ala K-drama yang biasanya. I mean, there must be complex feeling between exes who work in the same environment, and this drama really can describe how complex it is! Ya, mungkin karena ceritanya nggak ala-ala K-drama biasa, nggak terlalu banyak orang yang suka. But I am the exception! I'm really in love with this drama.

Marriage Not Dating
Nah, ini nih K-drama yang lagi gue tonton. The drama itself is still airing now. Ceritanya sih ala-ala K-drama banget. Tapi chemistry pemainnya itulhoooooooooooo, sukaaaaa banget!!!! The pairing, OMG! Cocok banget. Cutenessssss overloaaaaad ngelebihin Personal Taste. Gue jatuh cinta karena yang jelas satu hal, drama ini ceritanya nggak ribet. Konfliknya cuma ngelibatin si pemeran utama aja. Nggak sampe sok-sok ngeribetin multinational company kaya K-drama lain.

Gue bukan tipikal penonton K-drama yang angot-angotan. Maksudnya, gue bukan suka K-drama hanya karena dramanya ngehits sejagat raya, yang main ganteng banget, banyak orang bilang bagus, atau gimana-gimana. Gue suka K-drama just because I enjoy the series and fall into the story. Justru dari semua K-drama yang ngehits, cuma Coffee Prince yang gue suka. Sorry, but I loathe some of hit Korean dramas. Ceritanya suka berlebihan. Justru K-drama yang nggak begitu hits, seperti tiga judul yang gue sebutkan di atas, banyak yang gue suka.

K-drama yang masuk favorite list gue biasanya adalah K-drama yang ceritanya nggak memiliki konflik yang kompleks dan luas. Palingan konfliknya hanya menyangkut kehidupan pribadi si pemeran utama, nggak melibatkan negara, multinational company, atau yang luas-luas gitu deh pokoknya. Gue juga nggak mungkin masukin K-drama yang jenisnya fantasy ke favorite list gue, meskipun I enjoy the series. Sebut aja kaya My Girlfriend is A Gumiho atau You Who Came from The Star. I enjoy watching those two, but they are not included to my A-list.

Biasanya gue jatuh hati sama K-drama yang chemistry pemeran utamanya dapet banget sehingga apapun yang mereka lakukan akan terlihat cute dan ceritanya nggak berbelit-belit. Gue malah lebih suka K-drama yang simple.

Pheeeeeewwwwww, jadi melebar gini omongannya sampe ke K-drama segala. Maafin post kali ini ya, hahahahahaha. Maafin bonusnya juga. Hahahahahahahaa. Dah!!!!!

*udah dua jam, masih ditinggal rapat*
*lanjut nonton K-drama*
*annyoeng!*